Rabu, 06 April 2011

Sepintas Masa Lalu yang Terlewatkan

Sepintas Masa Lalu yang Terlewatkan

Cerita ini dimulai ketika Shalina membuka flashdisk yang berisi foto-foto kenangan perpisahan sewaktu ia masin SMP dahulu. Semua foto yang ada mengingatkannya akan kenangan bersama teman juga mengingatkannya kepada satu nama yang cintanya dulu pernah terlewatkan oleh Shalina. Yapp.. Dio. Sebenarnya hanya Shalina dan adik dari Dio memangilnya dengan sebutan itu, karena nama itu bukanlah nama depannya melainkan adalah nama belakangnya yaitu Dioni.
Shalina sedih karena mengingat kenangannya dulu bersama Dio. Bagaimana tidak selama dua tahun mereka berada dalam satu kelas. Sewaktu itu juga, Shalina menjadi sekretaris kelas yang selalu mengabsen teman satu kelasnya dan juga selalu menerima surat dari Dio yang mengabarkan keadaanya yang sakit atau check up kerumah sakit yang rutin. Terlalu sering malah Shalina menerima surat yang sama, yah.. mungkin bisa dipastiin hampir tiap bulan Dio selalu absensi.
Ketika Dio sekolah, Shalina menanyakan keadaannya kemarin yang tidak sekolah. Tapi.. Dio malah menjawabnya ketus.

“Bukannya kamu selalu menerima surat dari anak yang tidak sekolah?” jawab Dio dingin.
“Hmm.. Iya sih..!!” Jawab Shalina dengan nada merendah
“Jadi.. pertanyaan itu sudah ada kan jawabannya, malah.. kamu sebenarnya udah tau kan tanpa harus aku jawab” Dio menjelaskan.
Shalina hanya diam dan bertanya dalam hati.
“Ada apa dengan Tio?”
“Apa salah jika aku bertanya seprti itu?”
“Ah.. tau ah..!!” Tanya Shalina dalam hati

Ditengah ketengangan yang terjadi antara Dio dan Shalina, Riska datang menhampiri mereka.

“Ngapain kalian berdua disini?” Tanya Hilda bingung!
“Hmm..” Shalina langusng memotong..
“Ris temenin ke kantin donk, aku mau beli tisu”
“Tisu..?? Buat apaan Shal..?? Nangis yah..??”
“Duh.. Ris.. ya enggak lah” Jawab Shalina mengelak
Lalu mereka ninggalin Tio sendiri
“Huh.. dasr Dio” Shalina menggerutu
“Ada apa sih..??” Tanya Riska
Lalu Celia menceritakan semuanya dengan Hilda.
“ Oh.. gitu ceritanya.. Sabar aja Shal.. Dio emank gitu kog orangya, klau gak ngeselin bukan dia namanya, tapi.. sakit apa yah tu anak..?? jangan-jangan, enggak-enggak.. gak mungkin seperti itu..!!”
“Yah iyalah..gak mungkin.. Jangan donk.!!!”
*
*
*
Akhirnya Shalina dan Dio pun gak berantem lagi.. Horeii.. Kalau bukan karena tugas kelompok bareng, gak mungkin mereka deket lagi. Dan Shalina mencoba menanyakan kembali pertannyaan yang dulu sudah pernah ditanyakan kepda Dio, ia hanya menjawab.

“Aku sakit!!!”
“Sakit..?” Shalina balik bertanya
“Shal.. mukanya biasa aja donk, gak usah segitunya kali, aku tuh emank anak yang penyakitan”Dio menambahkan.
“Jadi”
“Yah.. kamu malah terlalu sering kan membaca surat dari dokter itu. Tiap bulan aku diharusin buat check up ulang ke rumah sakit.”
Celia hanya diam seribu bahasa mendengar semua itu.

Terdengar lagu Ungu berjudul Suragmu yang merupakn bel masuk sekolah, guru pun datang, kemudian, pembicaraan mereka terpotong dan tidak pernah tersambung dengan tema yang sama.
Setelah libur panjang sekolah, Shalina pun sekolah seperti biasanya, tapi hingga sekolah hampir berjalan satu minggu, Dio belum juga masuk seoklah. Shalina mengirimkan SMS kepeda Dio yang memberitahukan bahwa mereka bertemu kembali didalam kelas yang sama. Shalina pun menanyakan keberadaanya yang tak kunjung sekolah. Dio hanya menjawab SMS Shalina dengan dua kata singkat.
“Secret Place” yang berartikan tempat rahasia.
Shalina akhirnya tau dari Angga teman dekatnya Dio yang juga tetangganya, kalau Dio saat itu sedang berada di Singapura untuk berobat. Shalina kaget mendengar perkataan Angga, hingga diakhir perpisahan sekolah, sakitnya Dio semakin terlihat jelas oleh dia, wajah yang pucat, mata sayu dan badan ynag terlihat lemah, yang meyakinkan semuanya. Kasihan sekali dia. Shalina terbangun dari lamunan masa lalunya.

“Hah.. semua itu hanya masa lalu” Shalina bergumam sendiri.

Terdengar suara radio yang saat itu sedanng memutar lagu dari Sheila On 7 berjudul yang terlewatkan, seakan menjadi backsound dari ingatan masa lalu Shalina yang juga pernah terlewatkan.
Ketika Shalina duduk dikelas dua SMA kemarin, ia bertemu kembali dengan teman SMP nya dulu, Angga. Ia pun menceritakan bahwa sesunggauhnya ketika SMP, Dio pernah menyukai Shalina, sakit yang dideritanya adalah alasan terkuat bagi Dio untuk menjauhi orang yang dicintainya itu.
Sesampainya dirumah, Shalina hanya bisa melamun mengingat perkataan dari Angga tadi. Disaat bersamaan datang Santi kerumah Shalina.

“Shal.. tadi Dhea telpon, dia bilang kog HP kamu gak aktif?” kata Dhea
“Emank kenapa San, tuh lagi di Charge!” jawab Shal sambil mengusap mata.
“Gini, Dio sekarang diopname dirumah sakit!”
“Hah..??? Serius ??” Tanya Salina bingung
“Yah gak mungkin lah aku main-main sama hal kayak itu”
“Sakit apa dia, terus Mona tau dari mana?’
“Jiah.. kalau itu aku gak tau..!!”

Tapi, ketika shalina ingin menjenguk Dio, Dio ternyata sudah keluar dari Rumah Sakit. Saat yang sama, dia membuka kiriman email dari Kenn yang juga merupakan teman satu sekolah Dio. Ia memberikan kabar yang sama.
Ternyata.. semua kenangan itu masih terekam dan teringat jelas oleh Shalina. Ia sungguh tidak menyangka, orang yang selama ini terkesan suka marah-marah, cuek, dan ketus padanya ternyata sangat mencintainya. Ia terpaksa bersiakp seprti itu hanya karena tak ingin Celia bersedih dan mengasihani dia. Aluan gitar yang selalu digambarkannya adalah sedikit rasa cintah yang ditunjukkannya.

“Dio.. andaikan dulu aku tau semua itu, andaikan dulu aku telah mengerti semuanya, tentu tidak akan kulewatkan kamu. Andaikan kau tau juga perasaan ku..Ah.. menyesal sekarang percuma, tak ada gunanya juga..”
“Ku dengar kau bahagia disana tanpa aku kan??”
“Walau mungkin perasaan itu sudah pergi dari mu, tapi aku bahagia pernah menjadi bagian dari hatimu, pernah menjadi cerita yang manis, menjadikan kenangan dengan mu sebagai sepintas masa lalu yang terlewatkan”
“Lagi pula, jauh disana mungkin kau telah mengharap yang lain, dan aku juga saat ini mencintai orang lain, dan aku tidak akan pernah melewatkan lagi orang yang kini aku cintai untuk kedua kalinya, karena sesungguhnya aku sangat mencintainya saat ini, biarlah sesal itu menjadi pelajaran bagiku”

Ia pun menutup foto-foto itu dengan senyuman, kenangan yang tadinya mengingatkannya adalah sepintas masa lalu yang terlewatkan olehnya..

**********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar